AKUNTANSI BIAYA DAN PENGERTIAN BIAYA

Posted by Diposting oleh pemula

BAB 1
AKUNTANSI BIAYA DAN PENGERTIAN BIAYA

Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe: akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri yang terpisah dari dua tipe akuntansi tersebut di atas, namun merupakan bagian dari keduanya.

AKUNTANSI KEUANGAN DAN AKUNTANSI MANAJEMEN
Akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen memiliki dua kesamaan:
1. Kedua tipe akuntansi tersebut merupakan sistem pengolah informasi yang menghasilkan informasi keuangan.
2. kedua tipe akuntansi tersebut berfungsi sebagai penyedia informasi keuangan yang bermanfaat bagi seseorang untuk pengambilan keputusan.

Perbedaan pokok antara akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen terletak pada:
Akuntansi Keuangan Akuntansi Manajemen
1. Pemakai Utama Para manajer puncak dan pihak Para manajer dari berbagai
Luar perusahaan jenjang org anisasi
2. Lingkup informasi Perusahaan secara keseluruhan Bagian dari perusahaan
3. Fokus informasi Berorientasi pada masa yang lalu Berorientasi pada masa yang
akan datang
4. Rentang waktu Kurang fleksibel. Biasanya men- Fleksibel, bervariasi dari
harian, mingguan, bulanan
bahkan dapat mencakup
periode 10 tahun
5. Kriteria bagi informasi Dibatasi oleh prinsip akuntansi Tidak ada batasan, kecuali
Akuntansi yang lazim manfaat yang dapat
diperoleh oleh manajemen
dari informasi dibandingkan
dengan pengorbanan untuk
memperoleh informasi
tersebut
6. Disiplin sumber Ilmu ekonomi Ilmu ekonomi dan psikologi
sosial
7. Isi laporan Laporan berupa ringkasan menge- Laporan bersifat rinci me-
nai perusahaan sebagai keseluruhan ngenai bagian dari
perusahaan
8. Sifat informasi Ketepatan informasi merupakan Unsur taksiran dalam
Hal yang penting informasi adalah besar

Gambar 1.1
Perbedaan Antara Akuntansi Keuangan dengan Akuntansi Manajemen

AKUNTANSI BIAYA MERUPAKAN BAGIAN DARI AKUNTANSI KEUANGAN DAN AKUNTANSI MANAJEMEN
Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, peggolongan peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Obyek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya.
Akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok: penentuan harga pokok produk, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan khusus.
BIAYA
Biaya adalah merupakan obyek yang dicatat, digolongkan, diringkas dan disajikan oleh akuntansi biaya.
Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya tersebut di atas:
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi,
2. Diukur dalam satuan uang,
3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi,
4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

STRUKTUR ORGANISASI DAN PROSES PRODUKSI SUATU PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Umumnya akuntansi biaya yang diterapkan dalam perusahaan manufaktur lebih kompleks bila dibandingkan dengan yang diterapkan dalam perusahaan jasa.

Struktur Organisasi
Perusahaan manufaktur mempunyai kegiatan pokok mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Dua fungsi pokok yangt biasanya terdapat dalam perusahaan manufaktur adalah fungsi produksi (mengolah bahan baku menjadi produk jadi) dan fungsi pemasaran (bertugas memasarkan produk) dan untuk mengkoordinasi kedua fungsi pokok tersebut dibentuk fubgsi ketiga, yaitu fungsi administrasi dan umum.


Gambar 1.2 Struktur Organisasi Suatu Perusahaan Kertas

Secara singkat, pabrik kertas mengolah bahan baku berupa jerami, merang atau bagasee (ampas tebu).
Bahan baku ini mula-mula diolah dalam Bagian Pulp.
Jerami, merang, atau ampas tebu ini dicampur dengan bahan penolong pokok dalam Bagian Pulp untuk dijadikan bubur atau pulp.
Pulp ini kemudian dikirim ke Bagian Kertas untuk diolah lebih lanjut menjadi kertas.
Bahan baku tambahan yang dimasukkan dalam proses produksi di Bagian Kertas adalah pulp kayu (woodpulp).
Bagian penolong yang digunakan anatara lain adalah tepung tapioka, kaolin, zat warna.
Kertas yang dihasilkan dari proses produksi Bagian Kertas kemudian dikirim ke Bagian Penyempurnaan untuk disetrika dan dipotong sesuai dengan ukuran standarnya dan dibungkus.
Setelah selesai diproses di Bagian Penyempurnaan, kertas yang sudah terbungkus kemudian dikirim ke Bagian Gudang, disimpan sementara menanti saat pengiriman kepada pembeli.
Bagian Pulp, Bagian Kertas dan bagian Penyempurnaan disebut dengan departemen produksi (production departements), yaitu bagian yang mengolah bahan baku menjadi produk jadi.
Untuk membantu Bagian Pulp, Kertas dan Bagian Penyempurnaan dalam mengolah bahan baku menjadi produksi kertas, dibentuk bagian-bagian lain misalnya : Bagian Pemeliharaan, Bagian Pembangkit Tenaga Uap, bagian Pembangkit Tenaga Listrik, bagian Gudang, bagian Pembelian. Bagian-bagian ini disebut dengan departemen pembantu (service departments) yang fungsinya menghasilkan jasa untuk memperlancar proses pengolahan bahan baku yang dilakukan di departemen-departemen produksi.

CARA PENGGOLONGAN BIAYA
Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi ini dikenal konsep : “different costs for different purposes”.

Ada lima cara penggolongan biaya, yaitu penggolongan biaya menurut :
1.Objek pengeluaran.
2. Fungsi pokok dalam perusahaan.
3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.
4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
5. Jangka waktu manfaatnya.

Penggolongan Biaya Menurut Obyek Pengeluaran, nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”

Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan, dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi & umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga:
1. Biaya produksi, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produksi yang siap dijual.
2. Biaya pemasaran, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk,
3. Biaya adfministrasi dan umum, merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk.

Jumlah biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum sering pula disebut dengan istilah biaya komersial (commercial expenses).

Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen, dua golongan:
1. Biaya langsung (direct cost).
2. Biaya tak langsung (indirect cost).

Dalam hubungannya dengan produk, biaya produksi dibagi menjadi dua: biaya produksi langsung dan biaya produksi tak langsung. Dalam hubungannya dengan departemen, biaya dibagi menjadi dua golongan: biaya langsung departemen dan biaya tak langsung departemen.

Biaya langsung. Biaya yang terjadi, yang penyebabnya satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Biayai produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya langsung departemen adalah semua biaya yang terjadi di dalam departemen tertentu.

Biaya tak langsung. Biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tak langsung atau biaya overhead pabrik. (factory overhead costs).

Penggolongan Biaya Menurut Perilakunya dalam Hubungannya dengan Perubahan Volume Kegiatan.
1. Biaya Variabel
2. Biaya semivariabel
3. Biaya semitetap
4. Biaya tetap.

Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya.
1. Pengeluaran Modal (capital expenditure), adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya satu tahun).Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai harga pokok aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi, diamortisasi atau deplesi.
2. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure), adalah biaya yang hanya mempunyai masa manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.

METODE PENGUMPULAN HARGA POKOK PRODUK

Cara memproduksi produk dapat dibagi menjadi dua macam: produksi atas dasar pesanan (contoh: perusahaan percetakan ,mebel, dok kapal), dan produksi massa (contoh: produsen semen, pupuk, makanan ternak, telur ayam broiler).
Perusahaan yang berproduksi berdasar pesanan, mengumpulkan harga pokok produknya dengan menggunakan metode harga pokok pesanan (job order cost method), sedangkan perusahaan yang berproduksi massa, mengumpulkan harga pokok produknya dengan menggunakan metode harga pokok proses (process cost method).

PERBANDINGAN LAPORAN RUGI LABA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DENGAN LAPORAN RUGI LABA PERUSAHAAN DAGANG.

Laporan keuangan merupakan hasil proses akuntansi

Kegiatan perusahaan dagang berupa pembelian barang dagangan dariperusahaan lain dan penjualan barang dagangan tersebut kepada konsumen atau perusahaan manifaktur.

Pengorbanan dari perusahaan dagang:

1. Pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh barang dagangan dari perusahaan lain. Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul “harga pokok penjualan”
2. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan pemasaran barang dagangan. Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul “biaya pemasaran”
3. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan selain perolehan barang dagangan dan pemasaran barang dagangan. Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul “biaya administrasi dan umum”


PT Eliona Sari
Laporan Rugi-Laba
Untuk Tahun Yang Berakhir tanggal 31 Desember 19X1
(angka dalam ribuan rupiah)
Pendapatan penjualan 500.000

Harga pokokpenjualan:

Persediaan awal 25.000
Pembelian 290.000
Harga pokok barang yang tersedia untuk dijual 315.000
Persediaan akhir 20.000
Harga pokok penjualan 295.000
Laba bruto 205.000

Biaya usaha:


Biaya administrasi & umum 56.000
Biaya pemasaran 75.000
131.000
Laba bersih usaha 74.000
Pendapatan di luar usaha 3.000
Laba bersih sebelum pajak 71.000
Pajak penghasilan 35% 24.850
Laba bersih setelah pajak 46.150
======



Gambar 1.3 Laporan Rugi Laba Perusahaan Dagang
Kegiatan perusahaan manufaktur terdiri dari pengolahan bahan baku menjadi produk jadi dan penjualan produk tersebut kepada konsumen atau perusahaan manufaktur lain.
Pengorbanan dari perusahaan manufaktur:
1. Pengorbanan sumber ekonomi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi. Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul “biaya produksi” dan dirinci menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
2. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan pemasaran produk jadi. Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul “biaya pemasaran”
3. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan selain produksi dan pemasaran produk. Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul “biaya administrasi dan umum”

PT Karya Puspita
Laporan Rugi-Laba
Untuk Tahun Yang Berakhir tanggal 31 Desember 19X1
(angka dalam ribuan rupiah)

Pendapatan penjualan 500.000

Harga pokokpenjualan:
Persediaan awal produk jadi 25.000

Harga pokok produksi:

Persediaan produk dalam proses awal 10.000
Biaya produksi 50.000
Biaya bahan baku 60.000
Biaya overhead pabrik 75.000
185.000
195.000
Persediaan produk dalam proses akhir 15.000
Harga pokok penjualan 180.000
Harga pokok produk yang tersdia untuk dijual 205.000
Persediaan akhir 20.000

Harga pokok penjualan 195.000
Laba bruto 305.000

Biaya usaha:
Biaya administrasi & umum 56.000
Biaya pemasaran 175.000
231.000
Laba bersih usaha 74.000
Pendapatan di luar usaha 3.000
Laba bersih sebelum pajak 71.000
Pajak penghasilan 35% 24.850
Laba bersih setelah pajak 46.150
======


Gambar 1.4. Laporan Rugi Laba Perusahaan Manufaktur
BAB 2
METODE HARGA POKOK PESANAN

SIKLUS AKUNTANSI BIAYA DALAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR

Siklus akuntansi biaya digambarkan melalui hubungan rekening-rekening buku besar.
Barang Dalam Proses: Digunakan untuk mencatat biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
(debit), dan harga pokok produk jadi yang ditransfer
ke Bagian Gudang (kredit)

Persediaan Bahan Baku: Digunakan untuk mencatat harga pokok bahan
baku yang dibeli (debit), dan harga pokok bahan
baku yang dipakai dalam produksi (kredit)

Gaji dan Upah: Rekening ini merupakan rekening antara (clearing
account) yang digunakan untuk mencatat utang gaji
dan upah (debit) dan upah langsung yang digunakan
untuk mengolah produk (kredit).

Biaya Overhead Pabrik: Digunakan untuk mencatat biaya overhead pabrik
yang sesungguhnya terjadi (debit) dan yang
dibebankan kepada produk berdasarkan tarif (kredit).

Persediaan Produk Jadi: Digunakan untuk mencatat harga pokok produk jadi
yang ditransfer dari bagian produksi ke gudang
(debit), dan harga pokok produk yang dijual (kredit).























SIKLUS SIKLUS
PEMBUATAN PRODUK AKUNTANSI BIAYA




Gambar 2.1. Siklus Pembuatan Produk dan Siklus Akuntansi Biaya


Siklus akuntansi biaya yang digambarkan melalui hubungan rekening-rekening buku besar dapat dilihat pada gambar 2.2.


Gambar 2.2 Aliran Biaya Produksi dalam Rekening Buku Besar


KARAKTERISTIK METODE HARGA POKOK PESANAN
Karakteristik biaya produksi dalam suatu perusahaan dipengaruhi oleh karakteristik kegiatan produksi tersebut.

Karakteristik Usaha Perusahaan yang Produksinya Berdasarkan Pesanan
1. Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus.
2. Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan.
3. Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk mememnuhi persediaan di gudang.

Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan
Metode pengumpulan biaya produksi (metode harga pokompesanan) yang digunakan dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan adalah sbb.:
1. Digunakan jika perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokoknya secara individual.
2. Biaya produksi harus dipisahkan menjadi dua golongan pokok: biaya produksi langsung dan biaya produksi tak langsung.
3. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya produksi tak langsung disebut dengan istilah biaya overhead pabrik.
4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.
5. Harga pokok per unit produk dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.


REKENING KONTROL DAN REKENING PEMBANTU
Akuntansi biaya menggunakan banyak rekening pembantu untuk merinci biaya-biaya produksi. Rekening-rekening pembantu (subsidiary account) ini dikontrol ketelitiannya dengan menggunakan rekening kontrol (controlling account) di dalam buku besar. Rekening kontrol menampung catatan yang bersumber dari jurnal, sedangkan rekening pembantu di gunakan untuk menampung catatatan yang bersumber dari dokumen sumber.

Untuk mencatat biaya di dalam akuntansi biaya digunakan rekening kontrol dan rekening pembantu berikut ini:
Rekening Kontrol Rekening Pembantu
Persediaan Bahan Baku Kartu Persediaan
Persediaan Bahan Penolong Kartu Persediaan
Barang Dalam Proses Kartu Harga Pokok
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Kartu Biaya
Biaya Administrasi dan Umum Kartu Biaya
Biaya Pemasaran Kartu Biaya




Gambar 2.3 Rekening Kontrol dan Rekening Pembantu

Karena transaksi terjadinya biaya yang dicatat dalam buku besar bersumber dari jurnal, maka dalam melaksanakan identifikasi transaksi yang terjadi, harus ditunjuk nama rekening yang harus didebit dan dikredit dalam buku besar. Oleh karena itu penggolongan transaksi pada waktu membuat jurnal selalu menyebut nama rekening yang bersangkutan dalam buku besar. Karena akuntansi biaya menggunkan berbagai rekening kontrol seperti tersebut di atas, maka setiap melakukan penjurnalan, harus ditunjuk nama rekening kontrol yang berdasarkan dalam buku besar.
Untuk mencatat biaya produksi, di dalam buku besar dibentuk rekening kontrol Barang Dalam Proses. Rekening ini dapat dipecah lebih lanjut menurut elemen harga pokok produk, sehingga ada tiga macam rekening Barang Dalam Proses berikut ini:

Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku
Barang Dalam Proses- Biaya Tenaga Kerja Langsung
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik

Jika produk diolah melalui beberapa departemen produksi, rekening Barang Dalam Proses dapat dirinci lebih lanjut menurut departemen dan unsur harga pokok produk seperti contoh berikut:

Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Departemen A
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung Departemen A
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Departemen A

Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Departemen B
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung Departemen B
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Departemen B

Untuk mencatat biaya non produksi, dalam buku besar dibentuk rekening kontrol Biaya Administrasi dan Umum dan Biaya Pemasaran. Rekening Biaya Pemasaran digunakan untuk menampung biaya-biaya yang terjadi dalam fungsi pemasaran, sedangkan rekening Biaya Administrasi dan Umum digunakan untuk menampung biaya-biaya yang terjadi di fungsi administrasi dan umum (misalnya biaya yang terjadi di Bagian Akuntansi, Bagian Personalia, Bagian Hubungan Masyarakat, sekretariat, dan Bagian Pemeriksa Intern).
Untuk mencatat pemakaian bahan baku yang dipakai dalam pembuatan suatu produk, jurnal yang dibuat adalah:

Barang Dalam Proses XX
Persediaan Bahan Baku XX

dan bukan jurnal berikut ini:

Biaya Bahan Baku XX
Persediaan Bahan Baku XX
Karena rekening Biaya Bahan Baku tidak diselenggarakan dalam buku besar, melainkan dalam buku pembantu persediaan. Perhatikan jurnal-jurnal pencatatan biaya berikut ini yang menggunakan rekening kontrol:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya XX
Akumulasi Depresiasi Gedung XX

Untuk mencatat biaya depresiasi gedung pabrik.

Biaya Administrasi dan Umum XX
Kas XX
Untuk mencatat biaya telex.

Biaya Pemasaran XX
Akumulasi Depresiasi Kendaraan XX

Untuk mencatat biaya depresiasi kendaraan yang digunakan begian pemasaran.





Kartu Harga Pokok (Job Order Cost Sheet)
Kartu harga pokok berfungsi sebagai rekening pembantu, yang digunakan untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan produk. Biaya produksi untuk mengerjakan pesanan tertentu dicatat rinci di dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.
Biaya produksi dipisahkan menjadi biaya produksi langsung terhadap pesanan tertentu dan biaya produksi tak langsung dalam hubungannya dengan pesanan tersebut.
Biaya produksi dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan secara langsung sedangkan biaya produksi tak langsung dicatat dalam kartu harga pokok berdasarkan suatu tarif tertentu.

Contoh kartu harga pokok dapat dilihat pada gambar 2.4

PT Eliona Sari
Yogyakarta

KARTU HARGA POKOK



No Pesanan : A-101 Pemesan : PT Rimendi
Jenis Produk : Undangan Sifat Pesanan : Segera
Tgl Pesanan : 02-Jan-86 Jumlah : 500 eksemplar
Tgl Selesai : 22-Jan-86 Harga Jual : Rp. 500.000


BIAYA BAHAN BAKU BIAYA TENAGA KERJA BIAYA OVERHEAD PABRIK
Tgl No BPBG Keterangan Jumlah Tgl No Kartu Jam Kerja Jumlah Tgl Jam Mesin Tarif Jumlah


Gambar 2.4 Kartu Harga Pokok









METODE HARGA POKOK PESANAN
Proses pengumpulan tiap elemen biaya produksi dengan menggunakan metode harga pokok pesanan. Di awali dengan prosedur pencatatan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik dan pencatatan harga pokok produk jadi yang ditransfer dari bagian produksi ke gudang.

Contoh:
PT Eliona berusaha dalam bidang percetakan.
Semua pesanan diproduksi berdasarkan spesifikasi dari pemesan, dan biaya produksi dikumpulkan menurut pesanan yang diterima.
Untuk dapat mencatat biaya produksi, tiap pesanan diberi nomor, dan setiap dokumen sumber dan dokumen pendukung diberi identitas nomor pesanan yang bersangkutan.
Dalam bulan Nopember 19X1, PT Eliona mendapat pesanan untuk mencetak undangan sebanyak 1.500 lembar dari PT Rimendi.
Harga yang dibebankan kepada pemesan tersebut adalah Rp 3.000 per lembar.
Dalam bulan yang sama perusahaan juga menerima pesanan untuk mencetak pamflet iklan sebanyak 20.000 lembar dari PT Oki dengan harga yang dibebankan kepada pemesan sebesar Rp 1.000 per lembar. Pesanan dari PT Rimendi diberi nomor 101 dan pesanan dari PT Oki diberi nomor 102.
Berikut ini adalah kegiatan produksi dan kegiatan lain untuk memenuhi pesanan tersebut.

1.Pembelian bahan baku dan bahan penolong. Pada tanggal 3 Nopember perusahaan
membeli bahan baku dan bahan penolong berikut ini:

Bahan Baku:

Kertas jenis X 85 ream @ Rp 10.000 Rp 850.000
Kertas jenis Y 10 roll @ Rp 350.000 3.500.000
Tinta jenis A 5 Kg @ Rp 100.000 500.000
Tinta jenis B 25 Kg @ Rp 25.000 625.000
Jumlah bahan baku yang dibeli Rp 5.475.000

Bahan Penolong:

Bahan penolong P 17 Kg @ Rp 10.000 Rp 170.000
Bahan penolong Q 60 liter @ Rp 5.000 300.000
Jumlah bahan penolong yang dibeli Rp 470.000
Jumlah total Rp 5.945.000
==========

Jurnal 1

Persediaan Bahan Baku Rp 5.475.000
Utang Dagang Rp 5.475.000

Jurnal 2

Persediaan Bahan Penolong Rp 470.000
Utang Dagang Rp 470.000

2.Pemakaian bahan baku dan penolong dalam produksi.

Bahan Baku untuk Pesanan No 101:

Kertas jenis X 85 ream @ Rp 10.000 Rp 850.000
Tinta jenis A 5 Kg @ Rp 100.000 500.000
Jumlah bahan baku untuk pesanan no.101 Rp1.350.000

Bahan Baku untuk Pesanan No 101:

Kertas jenis Y 10 roll @ Rp 350.000 Rp3.500.000
Tinta jenis B 25 Kg @ Rp 25.000 625.000
Jumlah bahan baku untuk pesanan no.102 Rp4.125.000
Jumlah bahan baku yang dipakai Rp5.475.000
==========
Pada saat memproses dua pesanan tersebut, perusahaan menggunakan bahan penolong sebagai berikut:

Bahan penolong P 10 kg @ Rp 10.000 Rp 100.000
Bahan penolong Q 40 liter @ Rp 5.000 200.000
Jumlah bahan penolong yang dipakai dalam produksi Rp 300.000
=========

Pencatatan pemakaian bahan baku dalam metode harga pokok pesanan dilakukan dengan mendebit rekening Barang Dalam Proses dan mengkredit rekening Persediaan Bahan Baku atas dasar dokumen bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang.
Pendebitan rekening Barang Dalam Proses ini diikuti dengan pencatatan rincian bahan baku yang dipakai dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan (lihat gambar 2.5 dan 2.6).






















PT Eliona Sari
Yogyakarta

KARTU HARGA POKOK



No Pesanan : 101 Pemesan : PT Rimendi
Jenis Produk : Undangan Sifat Pesanan : Segera
Tgl Pesanan : 02-Nop-86 Jumlah : 1500 eksemplar
Tgl Selesai : 22-Nop-86 Harga Jual : Rp. 4.500.000


BIAYA BAHAN BAKU BIAYA TENAGA KERJA BIAYA OVERHEAD PABRIK
Tgl No BPBG Keterangan Jumlah Tgl No Kartu Jam Kerja Jumlah Tgl Dasar Tarif Jumlah
Kertas X
Tinta A
Jumlah 850.000 900.000 B Tng kerja
500.000 langsung 150% 1.350.000

1.350.000 Jumlah 900.000 Jumlah 1.350.000

Jumlah Total Biaya Produksi adalah 3.600.000






Gambar 2.5. Kartu Harga Pokok Pesanan 101






















PT Eliona Sari
Yogyakarta

KARTU HARGA POKOK



No Pesanan : 102 Pemesan : PT Oki
Jenis Produk : Pamflet Iklan Sifat Pesanan : Biasa
Tgl Pesanan : 15-Nop-86 Jumlah : 20000 eksemplar
Tgl Selesai : 16-Des-86 Harga Jual : Rp. 20.000.000


BIAYA BAHAN BAKU BIAYA TENAGA KERJA BIAYA OVERHEAD PABRIK
Tgl No BPBG Keterangan Jumlah Tgl No Kartu Jam Kerja Jumlah Tgl Dasar Tarif Jumlah
Kertas Y
Tinta B




Jumlah 3.500.000 5.000.000 B Tng kerja
625.000 langsung 150% 7.500.000

4.125.000 Jumlah 5.000.000 Jumlah 7.500.000

Jumlah Total Biaya Produksi adalah 16.625.000






Gambar 2.6. Kartu Harga Pokok Pesanan 102





Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku tersebut di atas adalah sebagai berikut:

Jurnal 3

Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 5.475.000
Persediaan Bahan Baku Rp 5.475.000

Karena dalam metode harga pokok pesanan harus dipisahkan antara biaya produksi langsung dari biaya produksi tidak langsung, maka bahan penolong yang merupakan elemen biaya produksi tidak langsung dicatat pemakaiannya dengan mendebit rekening kontrol Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.
Rekening Barang Dalam Proses hanya didebit untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.

Jurnal pencatatan pemakaian bahan penolong adalah sebagai berikut:


Jurnal 4

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 300.000
Persediaan Bahan Penolong Rp 300.000


2. Pencatatan biaya tenaga kerja. Dalam metode harga pokok pesanan harus dipisahkan antara upah tenaga kerja langsung dengan upah tenaga kerja tak langsung.
Upah tenaga kerja langsung dicatat dengan mendebit rekening Barang Dalam Proses, dan dicatat pula dalam kartu harga pokok Pesanan yang bersangkutan.
Upah tenaga kerja tak langsung dicatat dengan mendebit rekening Biaya Pabrik Sesungguhnya.
Dari contoh di atas , misalnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh departemen produksi adalah sbb.:

Upah langsung untuk pesanan no.101: 225 jam @ 4.000 Rp 900.000
Upah langsung untuk pesanan no. 102: 1.250 jam @ Rp 4.000 5.000.000
Upah tidak langsung 3.000.000
Jumlah Upah Rp 8.900.000
Gaji karyawan administrasi dan umum Rp 4.000.000
Gaji karyawan bagian pemasaran Rp 7.500.000
Jumlah Gaji Rp 11.500.000
Jumlah biaya tenaga kerja Rp 20.400.000
===========

Pencatatan biaya tenaga kerja yang dilakukan melalui 3 tahap berikut ini:
a. Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan,
b. Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja,
c. Pencatatan pembayaran gaji dan upah.

a. Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan.

Jurnal 5

Gaji dan Upah Rp 20.400.000
Utang Gaji dan Upah Rp 20.400.000

b. Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja.

Biaya enaga kerja langsung- dibebankan kepada pesanan yang bersangkutan
dengan mendebit rekening Barang Dalam Proses dan
mencatatnya dalam Kartu Harga Pokok pesanan yang
bersangkutan.
Biaya tenaga kerja tak langsung- merupakan elemen biaya produksi tak langsung dan
dicatat sebagai unsur biaya overhead pabrik serta
didebitkan dalam rekening Biaya Overhead Pabrik
Sesungguhnya.
Biaya tenega kerja non produksi- merupakan elemen biay non produksi dan dibebankan
ke dalam rekening kontrol Biaya Administrasi dan
Umum atau Biaya Pemesaran.
Jurnal distribusi biaya tenaga kerja atasdasar contoh di atas sbb.:

Jurnal 6

Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 5.900.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya 3.000.000
Biaya Administrasi dan Umum 4.000.000
Biaya Pemasaran 7.500.000
Gaji dan Upah Rp 20.400.000


c. Pencatatan pembayaran gaji dan upah.

Jurnal 7

Utang Gaji dan Upah Rp 20.400.000
Kas Rp 20.400.000

3. Pencatatan biaya overhead pabrik.
Dari contoh di atas, misalnya biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif sebesar 150% dari biaya tenaga kerja langsung. Dengan demikian biaya overhead pabrik yang dibebakan kepada tiap pesanan dihitung sbb.:

Pesanan no. 101 150% x Rp 90.000 Rp 1.350.000
Pesanan no 102 150% x Rp 5.000.000 Rp 7.500.000
Jumlah biaya overhead pabrik yang dibebankan Rp 8.850.000
===========

Jurnal untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik kepada pesanan tersebut adalah sbb.:

Jurnal 8

Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp 8.850.000
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp 8.850.000

Misalnya biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi (selain biaya bahan penolong Rp 300.000 dan biaya tenaga kerja tak langsung sebesar Rp 3.000.000 seperti tersebut dalam jurnal no.4 dan no.6):

Biaya depresiasi mesin Rp 1.500.000
Biaya depresiasi gedung pabrik Rp 2.000.000
Biaya asuransi gedung pabrik dan mesin Rp 700.000
Biaya pemeliharaan mesin Rp 1.000.000
Biaya pemeliharaan gedung Rp 500.000
Jumlah Rp 5.700.000
===========

Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi tersebut adalah sbb.:

Jurnal 9

Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya Rp 5.700.000
Akumulasi Depresiasi Mesin Rp 1.500.000
Akumulasi Depresiasi Gedung 2.000.000
Persekot Asuransi 700.000
Persediaan Suku Cadang 1.000.000
Persediaan Bahan Bangunan 500.000

Untuk mengetahui apakah biaya overhead pabrik yang dibebankan berdasar tarif menyimpang dari biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi, saldo rekening Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan ditutup ke rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.
Jurnal penutup tersebut:

Jurnal 10

Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp 8.850.000
Biaya Overhead Sesungguhnya Rp 8.850.000

Selisih biaya overhead pabrik yang dibebakan kepada produk dengan biaya overhead yang sesungguhnya terjadi dalam suatu periode akuntansi ditentukan dengan menghitung saldo rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.
Setelah jurnal no. 10 dibukukan, saldo rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya adalah sbb.:

Debit:

Jurnal 4 Rp 300.000
Jurnal 6 3.000.000
Jurnal 9 5.700.000
Jumlah debit Rp 9.000.000

Kredit:

Jurnal 10 Rp 8.850.000
Selisih pembebanan kurang (underapplied) Rp 150.000
===========

Selisih biaya overhead pabrik pada akhirnya dipindahkan ke rekening Selisih Biaya Overhead Pabrik.
Jika terjadi selisih pembebabnan kurang, maka dibuat jurnal:

Jurnal 11

Selisih Biaya Overhead Pabrik Rp 150.000
Biaya Overhead Sesungguhnya Rp 150.000




5.Pencatatan harga pokok produk jadi.
Pesanan yang telah selesai diproduksi ditransfer ke bagian gudang oleh bagian produksi. Harga pokok pesanan yang telah selesai diproduksi ini dapat dihitung dari informasi biaya yang dikumpulkan dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.

Misal: Harga pokok pesanan no 101 dihitung sbb.:

Biaya bahan baku Rp 1.350.000
Biaya tenaga kerja langsung 900.000
Biaya overhead pabrik 1.350.000
Jumlah harga pokok pesanan no. 101 Rp 3.600.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi tersebut adalah sbb.:

Jurnal 12

Persediaan Produk Jadi Rp 3.600.000
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp 1.350.000
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung 900.000
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik 1.350.000


5. Pencatatan harga pokok produk dalam proses. Pada akhir periode kemungkinan terdapat pesanan yang belum selesai diproduksi. Biaya yang telah dikeluarkan untuk pesanan tersebut dapat dilihat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan. Kemudian dibuat jurnal untuk mencatat persediaan produk dalam proses dengan mendebit rekening Persediaan Produk Dalam Proses dan mengkredit rekening Barang Dalam proses. Misalnya dari contoh di atas, pesanan no 102 pada akhir periode akuntansi belum selesai dikerjakan. Harga pokok pesanan no. 102 dapat dihitung dengan menjumlah biaya-biaya produksi yang telah dikeluarkan sampai dengan akhir bulan Nopember 1986 yang telah dicatat dalam kartu harga pokok pesanan tersebut (lihat gambar 2.6). Jurnal untuk mencatat harga pokok pesanan yang belum selesai adalah sebagai berikut :
Jurnal 13

Persediaan Produk Dalam Proses Rp. 16.625.000
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp. 4.125.000
Barang Dalam Proses – Biaya Tng Kerj langsung Rp. 5.000.000
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp. 7.500.000

6. Pencatatan harga pokok produk yang dijual. Harga pokok produk yang diserahkan kepada pemesan dicatat dalam rekening harga Pokok Penjualan dan rekening Persediaan Produk Jadi. Dari contoh diatas, jurnal untuk mencatat harga pokok pesanan 101yang diserahkan kepada pemesan adalah sebagai berikut :
Jurnal 14

Harga Pokok Penjualan Rp. 3.600.000
Persediaan Produk Jadi Rp. 3.600.000


7. Pencatatan pendapatan penjualan produk. Pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk kepada pemesan dicatat dengan mendebit rekening Piutang Dagang dan mengkredit rekening Hasil Penjualan. Pada awal contoh ini telah disebutkan bahwa pesanan 101 berupa pesanan 1500 lembar undagan dengan harga jual Rp. 1500 per lembar atau harga total Rp. 4.500.000. Jurnal yang dibuat untuk mencatat piutang kepada pemesan adalah sebagai berikut :
Jurnal 15

Piutang Dagang Rp. 4.500.000
Hasil Penjualan Rp. 4.500.000

suka dengan artikel ini? klik disini

0 komentar

Posting Komentar